Teruntuk mahasiswa, Tugas dan Ujian (UTS dan UAS) menjadi makanan sehari-hari yang dengan ikhlas terkadang berat hati untuk dikerjakan, terlebih jika tugas kuliahnya serba mendadak (mendadak diberikan, mendadak deadline harus dikumpulkan dalam waktu singkat hitungan hari, mendadak berdatangan di waktu bersamaan dan mendadak harus dikerjakan). Yaahh itulah yang kami sebut tugas se alaihum gambreng. Terkadang dalam lubuk hati kalian yang paling dalam berkata

“Dosen itu seperti tidak pernah mengalami status mahasiswa, tidak hanya belajar, tugas, memahami materi, menghapal saja, kami pun punya kehidupan lain diluar itu, membantu orang tua, bekerja part time, ngurusin adik, rumah, kongkow bareng temen sampai pacaran”.

Kalau sudah begitu, banyak hal yang harus dikorbankan. Mengurangi jatah tidur lah, nginep seminggu di kostan temen sampai di usir sama ibu kost lah, numpang sana sini nyari hotspot wifi lah (cafe, kantin) dan seabreg alasan lainya supaya mahasiswa tetap bisa survive.

Well, pepatah lama mengatakan “no pain no game”, kesemuanya itu menjadi rutinitas yang lama kelamaan menjadi terbiasa. Nikmatilah prosesnya karena tidak akan terulang untuk kedua kalinya.

Menjadi dosen dinegeri dongen bukanlah menjadi suatu kebanggaan atleast dari sisi finansial, pengalaman pribadi sempat waktu itu setelah kepulangan dari negeri gingseng akhir tahun 2013 melipir dulu ke perusahaan swasta di kota besar dan akhirnya memutuskan untuk berstatus dosen, banyak pengalaman menarik, nyeleneh, gokil ketika mengajar. Minggu pertama hingga minggu ke tiga mengajar, mimin dihadapkan pada satu kondisi menunggu mahasiswa masuk kelas kurang lebih setengah jam. Apakah ada yang salah dengan metode belajar yang mimin lakukan, ataukah materinya kurang menarik (saat itu mata kuliah Automasi Industri), atau karakter mimin yang mungkin kurang disukai (bahasa anak gaul sekarang kurang nge-blend / membaur dengan mahasiswa). Beranjak dari pengalaman tersebut, muter otak lah tuh kaya towaf 7 keliling, segala macam metode dirancang, dieksekusi dan dievaluasi dan akhirnya saat ini pengalaman buruk atau bahkan yang lebih buruk tidak pernah terjadi. Tapi karena mungkin terlalu dekat dengan mahasiswa, beberapa mahasiswa pun terlihat tidak sopan, well so far it’s ok for me. Kedekatan tersebut lambat laun menjadi tempat ajang curhat, keluh kesah, sumpah serapah, bahkan menjadi media konseling ketika mahasiswa mengalami masalah keluarga, kampus, bahkan relationship. Jika disimpulkan isi curhatan mereka seperti ini:

  1. Bikin kontrak dengan mahasiswa tentang dispensasi keterlambatan, tapi sendirinya sering terlambat melebihi batas kontrak.
  2. Ada dosen tiap kali mahasiswa bertanya kok bisa seperti itu, Pak atau tanya sesuatu, malah dijawab “sudah begitu di pustaka”. Malas nanya deh 
  3. Dosen itu mau menilai mahasiswa, tapi gak mau dinilai balik. Apalagi kadang susah ditemui dan sok sibuk.
  4. Banyak dosen gak niat bikin materi power point. Slide cuma paragraf hasil copas dan background putih polos. Bikin ga’ semangat mengikuti kuliah.
  5. Disuruh naruh naskah di meja, dibawa 1 bulan, eh ternyata gak dibaca sama sekali. Dihubungi, tapi gak pernah direspon.
  6. Ada dosen yang kalau pas ujian, jawabannya harus benar-bnenar persis dengan materi yang diberi dosen. Mahasiswa dituntut hapal, bukan paham.
  7. Masih ada dosen yang kurang profesional dalam mendidik mahasiswa. Dari segi waktu tidak pernah on time, bahkan dalam penilaian cenderung subjektif.
  8. Dosen dengan kemampuan lapangan, lebih bisa ngasih motivasi daripada dosen yang hanya bermodal teori.
  9. Kini sok kuasa sama mahasiswa. Ngga sadar, 7 tahun lagi situasi bisa berubah. Biasa aja Pak/Bu!
  10. Sekarang sering gak jelas ketika ditunggu untuk bimbingan. Awas nanti kalau mau ke kantorku 10 tahun lagi, aku kasih satpam yang nemenin.
  11. Dosen yang terlalu idealis tapi gk melihat kemampuan mahasiswa yang berbeda2. Dosen yang maunya dipahami tanpa mau memahami.
  12. Kalau sudah bikin kontrak yang sudah disepakati bersama mahasiswa (ttg materi & penilaian) harusnya juga ditaati bareng. Dosen ga’ bisa membatalkan secara sepihak. Last minute lagi!
  13. Tugas bener semua, bahkan dikasih komen ‘excellent’, tapi tetep dapat 7! No feedback = why bother? Mendingan ga ada tugas sekalian kalau kayak gitu… daripada kasih nilainya random aja.
  14. Katanya, “kurang baik apa saya, kalau kalian telat juga gak saya pisuhin kan”. Tapi dia sebutin pisuhan-pisahannya di depan kelas 
  15. Katanya disuruh complain kalau salah, giliran dicomplain malah dipanggil, diinterogasi.
  16. Mahasiswa hanya bisa menerima kritikan, baik atau pedas. Asal jangan sampai mematikan ide & semangat muda mahasiswanya.
  17. Yah gak beda jugalah sama mahasiswa. Antar dosenpun kadang ada gap-gapan. Asal gak saling menjatuhkan, gak apa-apa sih sbenernya.
  18. Akhirnya respect murid akan terlihat seiring waktu, karena masih butuh atau murni dari dalam hati (short vs long term)
  19. Di SMS bimbingan mahasiswi langsung berbalas. DiSMS bimbingan mahasiswa jarang berbalas.
  20. Beda dosen jebolan LN atau bukan terlihat jelas dari caranya “melayani” mahasiswanya. Yang satu memfasilitasi, satunya lagi membatasi. WHY? Ndeso!
  21. Dosen bisa seenaknya gonta ganti jadwal kuliah 
  22. Dear dosen, Anda begitu hebat di mata kami kadang kami bangga pada anda jugan rusak citra anda dgn ke egoisan.
  23. Ada dosen moody-an dan mahasiswa harus kena Imbasnya. Padahal sudah semangat dari rumah untuk ACC, malah jadi kacau.
  24. Ngomongin kedisiplinan di dalam kelas, tapi pas UTS bikin soalnya telat hingga UTS harus ngaret 2 jam gara-gara nunggu soal 
  25. Dear dosen, Anda harus balik jadi mahasiswa kalau mau menilai keobjektifan dan tanggung jawab profesi anda.0
  26. Seloroh tentang banyak mahasiswa absensi, jika dosen ganti jadwal mahasiswa harus terima tanpa terkecuali.
  27. Dosen mending jangan banyak kritik skripsi mahasiswa kalau jurnal publikasi ilmiahmu tidak sebanyak kritikanmu!
  28. Dosen mending tdk usah pake hape kalau mahasiswa sms/nelpon tidak direspon padahal lagi ngerumpi di ruang dosen.
  29. Di depan kelas berkelakar tentang moral, tapi mahasiswa sering diterlantarkan. Proyek di luar dijadikan prioritas! 
  30. Sama mahasiswa getol nyuruh agar aktif dalam diskusi, ternyata kalau para dosen ikut forum ilmiah nasional diem aja tuh!
  31. Terkadang banyak yang bersikap superior, minta surat rekomendasi BS saja susah minta ampun. Tidak ingat dulu waktu di posisi yang sama.
  32. Lebih banyak kritik presidennya daripada Publikasi Ilmiahnya pak/bu 
  33. Janjian jam berapa dateng jam berapa kadang malah ga dateng tapi ga bakal ngabarin kalau ga diSMS duluan 
  34. Komentar di kelas tentang opini di koran yang katanya salah, gak ilmiah, dangkal tapi faktanya gak pernah (bisa) nulis di koran
  35. Dosen ketika mengajar harus mudah dimengerti, jangan hanya mengajar teori, namun juga analogi baru dari teori tersebut.
  36. Dosen itu, jelasin apa essensi materi. Bukan bikin kursus Inggris dengan translet-in handout materi.
  37. Kadang penjelasan dosen tentang materi yang sama berbeda2, ketika ujian tiba mahasiswaswa bingung hrs jawab ala dosen A atau dosen B.
  38. Dosen juga jangan bisanya berdiri baca slide PPT doang, kreatif buat ngajak mahasiswanya aktif biar lebih menarik.
  39. Jangan membawa masalah pribadi ke kampus, sehingga kinerja kurang optimalan. Nanti mau bmbingan sulit 
  40. Mahasiswa didorong untuk melanjutkan studi, dosennya sendiri masih sulit menyelesaikan pendidikan master dan doktornya!
  41. Dosen:ada pertanyaan? // Mahasiswaw: ada..blablabla. // Dosen: kamu ke mana aja?!! // Nyuruh nanya malah dimarahin, jadi males nanya.
  42. Bahasanya kurang komunikatif dan sederhana, sehingga materi yang mudah terkesan sulit.
  43. Punya masalah itu wajar, tapi kalau sampe buat dosen itu jadi moody di kelas atau kampus, justru itu tidak baik.
  44. Kalau ngasih tugas sejelas mungkin biar mahasiswa gak bingung dan berbeda persepsi satu sama lain.
  45. Kalau jadi pembimbing skripsi harus niat, jangan ogah-ogahan dengan seribu alas an.
  46. Terkadang saya dibuat tidak nyaman terhadap satu mata kuliah bukan karena materinya, 00 karena penyampaian materi yang buruk.
  47. Waktu ngasih praktikum di kelas, harusnya ga marah-marah terus karena semakin ditekan kayak gitu, semakin kami gak paham.
  48. Kadang ada beberapa dosen yang moody, ketika moodnya lagi gak enak, materi yang dsampaikan jadi gak jelas dan tidak seperti yang kami harapkan.
  49. Dosen selain sbg pengajar juga bisa dijadikan ajang tempat curhat mahasiswa. Layaknya guru BP jaman SMA dulu.
  50. Dosen yang menjatuhkan mental mahasiswa saat presentasi biasanya juga gak pinter presentasi 
  51. Saat presentasi & mahasiswawanya salah, ada dosen yang mengoreksi lalu mngapresiasi, ada yang mnyalahkan lalu menjatuhkan mental.
  52. Belajar itu kan membuat pikiran kita menjadi terbuka, jadi dosen harus berfikir luas dan terbuka, bukan berfikir konservatif 
  53. Ada dosen yang jarang masuk kelas. lebih mentingin proyek. bahkan lupa sama mahasiswanya.
  54. Selain memberikan materi dosen sebaiknya memberikan motivasi dalam belajar, misalnya pengalaman beliau ketika study di LN 
  55. Ada dosen yang pinter banget, tapi kalau mengajar tidak bisa dengan bahasa yang sederhana. Mahasiswanya cuma bengong *nggak ngerti*
  56. Dosen juga harus masuk full jangan hanya kosong trus ngasih tugas segambreng 
  57. Di jaman yang serba hi tech ini, harusnya dosen lebih aktif dalam menggunakan fasilitas teknologi ini
  58. Di sela-sela mengajar sebaiknya dosen memberikan pengalaman tentang dunia pekerjaan atau project yang pernah dilakukan
  59. Ada dosen yang satu semester ga pernah nongol. Ga jelas!
  60. Dosen jangan sering PHP-in mahasiswa ketika molor jam ngajarnya tapi gak ngabarin mahasiswa.

Dari point 1 sampai 60, mari kita survey berapa banyak dari kalian yang ngerasa seperti diatas (berapa point yang kalian setuju maksudnya guys).

Saran untuk mahasiswa :

Terkadang apa yang mahasiswa pikirkan itu belum tentu benar, seperti dua sisi koin atau dua sisi mata pisau, ada benar dan ada salah, ada hitam dan ada putih, kenapa ada hitam jika putih lebih baik..?? itu karena agar menjadi pelajaran bagi kita sehingga bisa menilai bahwa ini baik dan yang itu buruk. Dan satu hal lagi tidak semua dosen seperti itu guys.

Saran untuk dosen :

Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika tulisan ini memakai gaya sarkastik sedikit agak kasar. Jika teman-teman mimin sedikit terusik, sekali-lagi mohon maaf (baca: takut di banded nih web). Kali ini hanya mengajak teman semua mengabaikan ekspresi tetapi fokus pada isi. Jika kita baik, tentu tidak ada alasan untuk tersinggung. Berharap bisa berbenah. Hasil pendidikan tanggung jawab kita, bukan cuma dosen, bukan hanya mahasiswa. Tanpa kerjasama dan komunikasi yang baik, tidak akan ada hasil yang baik. Semoga kita tidak betah dalam suasana saling menuduh dan berburuk sangka. Meminjam istilah paman Malcolm Forbes, tujuan utama pendidikan adalah mengganti kepala yang kosong dengan kepala yang terbuka. Jadi, tujuan pendidikan bukan memintarkan tetapi membuat orang terbuka dengan berbagai gagasan.